Pengantar Sejarah Peradaban dan Kebudayaan Islam
Pengantar Sejarah Peradaban Islam akan membahas terkait definisi sejarah secara etimologi/terminology, perbedaan antara kebudayaan dengan peradaban. Lalu kaitannya ilmu sejarah, manfaat, tujuan dan pentingnya mempelajari Sejarah Peradaban Islam.
Sejarah
Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang
benar-benar terjadi pada masa silam. Definisi ini lebih menekankan pada materi
peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan dalam
pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang aktivitas
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan
interpretasi terhadap objek peristiwa masa silam.
Dari sisi epistimologis sejarah
yang dalam bahasa arabnya disebut tarikh, mengandung arti ketentuan
masa atau waktu. Ada pula sebagian orang yang mengajukan pendapat bahwa sejarah
sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan),
riwayat, atau kisah, tarikh, ataupun history dalam
bahasa Inggris. Dengan demikian sejarah berarti gambaran masa lalu tentang aktivitas
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan
interpretasi terhadap obyek peristiwa masa lampa, yang kemudian itu disebut
sejarah kebudayaan.
Sedangkan secara terminologi sejarah diartikan
sebagai sejumlah keadaan dan peristiwa yang terjadi di masa silam dan yang
benar-benar terjadi pada individu dan masyarakat. Adapun inti pokok dari
persoalan sejarah pada dasarnya selalu berhubungan dengan pengalaman-pengalaman
penting yang menyangkut perkembangan keseluruhan keadaan masyarakat. Untuk itu
sejarah bukanlah peristiwa-peristiwa itu sendiri melainkan pemaknaan-pemaknaan
dari peristiwa, dan pengertian mengenai hubungan-hubungan nyata dan tidak nyata
yang menjadi seluruh bagian serta memberikan dinamisme dalam waktu dan tempat
tertentu.
Sejarah Islam adalah peristiwa-peristiwa atau
kejadian-kejadian yang sungguh terjadi pada masa silam yang seluruhnya
berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam terlalu luas cakupannya, maka sejarah
Islam pun menjadi luas cakupannya. Diantaranya berkaitan dengan sejarah proses
pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran Islam, tokoh-tokoh yang melakukan
perkembangan dan penyebaran agama Islam, sejarah kejayaan dan kemunduran yang
dicapai umat Islam dalam berbagai bidang, seperti dalam bidang ilmu pengetahuan
agama dan umum, kebudayaan, arsitektur, politik, pemerintahan, peperangan,
pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.
Dengan demikian, sejarah Islam adalah berbagai
peristiwa atau kejadian yang benar benar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan
dan perkembangan Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah
berbagai istilah yang biasanya digunakan untuk sejarah itu, di antaranya:
Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam dan Sejarah Peradaban Islam .
Kebudayaan
Dalam ilmu antropologi, kebudayaan adalah
bentuk ungkapan tentang semangat yang mendalam dari suatu masyarakat. Sedangkan
manifestasi-manifestasi dari kejayaan mekanis dari teknologi hal demikian lebih
berkaitan dengan konsepsi peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak
direfleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka peradaban terefleksi
dalam politik, ekonomi dan teknologi. Kebudayaan mempunyai tiga
wujud: Pertama, Wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu
komplek individu, gagasan, norma-norma, norma-norma, peraturan dan
sebagainya. Kedua, Wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai
suatu komplek aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat. Ketiga,
Wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Para pakar sepakat bahwa kebudayaan adalah
semua hasil karya, karsa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat akan
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan yang diperlukan manusia untuk
menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta hasilnya dapat diabadikan untuk
keperluan masyarakat. Karsa merupakan daya penggerak (drive) untuk memotivasi
manusia dalam memikirkan segala sesuatu yang ada di hadapan dan lingkungannya.
Kebudayaan pada setiap bangsa atau masyarakat
terdiri atas unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil yang merupakan bagian dari
satu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan.
Effat al-Sharqawi mengatakan bahwa kebudayaan
adalah bentuk ungkapan semangat mendalam dari sebuah norma yang terdapat dan
mendarah daging pada suatu masyarakat. Kebudayaan merupakan apa yang kita
rindukan (ideal), sedangkan peradaban adalah apa yang kita
pergunakan (real). Dengan kata lain, kebudayaan terefleksi dalam
seni, sastra, religi dan moral. Sedangkan peradaban terefleksi dalam politik,
ekonomi, dan teknologi.
Dalam kajian antropologi, kita mengenal
pengertian kebudayaan secara khusus dan secara umum. Menurut pengertian khusus,
kebudayaan adalah produk manusia di bidang kesenian dan adat istiadat yang
unik. Sedangkan kebudayaan dalam pengertian umum adalah produk semua aspek
kehidupan manusia yang meliputi: sosial, ekonomi, politik, pengetahuan
filosofi, seni dan agama.
Sedangkan Kebudayaan Islam adalah cara berpikir
islami dalam kehidupan manusia yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang
dan waktu, dan menempatkan Islam sebagai sumber norma dan motivasi bagi
tumbuhnya kebudayaan Islam. Dengan demikian yang dimaksud Sejarah Kebudayaan
Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan ummat Islam pada masa silam
yang bersumberkan pada norma-norma Islam. Hanya saja dalam berbagai risalah
teks-teks literatur yang ada seringkali penulisnya bernarasikan politik. Ini
diasumsikan bahwa secara konseptual, dari sisi politik inilah sumber kebudayaan
Islam berputar.
Peradaban
Asumsi dasar yang bisa kita bangun, bahwa
peradaban berasal dari kata adab yang dalam pengertian ini
mengandung pengertian tata krama, perilaku atau sopan santun. Dengan demikian
peradaban adalah segenap prilaku sopan santun dan tata krama yang diwujudkan
oleh umat Muslim dari waktu ke waktu baik dalam realitas politik, ekonomi dan
sosial lainnya.
Secara harfiah peradaban Islam itu terjemahan
dari bahasa Arab al-hadlarah al-Islamiyah, atau al-madaniyah
al Islamiyah atau al-tsaqafah al Islamiyah, yang
sering juga diterjemahkan dengan kebudayaan Islam. Dalam bahasa Inggris ini
disebut culture, adapula yang menyebutnya civilization.
Di Indonesia, Arab dan Barat masih banyak yang mensinonimkan antara peradaban
dengan kebudayaan.
Di sisi yang lain, akar kata madana lahir
kata benda tamaddun yang secara literal berarti peradaban (civilization)
yang berarti juga kota berlandaskan kebudayaan (city base culture) atau
kebudayaan kota (cultural of the city). Di kalangan penulis Arab
sendiri, perkataan tamaddun digunakan untuk pertama kalinya
oleh Jurji Zaydan dalam sebuah judul buku Tarikh al-Tamaddun al-Islami (Sejarah
Peradaban Islam), terbit tahun 1902-1906. Sejak itu perkataan tamaddun digunakan
secara luas di kalangan umat islam.
Di dunia Melayu tamaddun digunakan
untuk pengertian peradaban. Di Iran sedikit berbeda menggunakan istilah tamaddun dan madaniyat. Namun
di Turki menggunakan akar madinah atau madana atau madaniyyah dengan
istilah medeniyet dan medeniyeti. Orang-orang
Arab sendiri pada masa sekarang ini menggunakan kata hadharah untuk
peradaban, namun kata tersebut tidak banyak diterima umat Islam non-Arab yang
kebanyakan lebih menyukai istilah tamaddun. Di benua
Indo-Pakistan tamaddun digunakan hanya untuk pengetian kultur,
sedangkan peradaban menggunakan istilah tahdib.
Kata peradaban tak jarang dikaitkan dengan
kebudayaan, bahkan banyak penulis barat yang mengidentikan kebudayaan dan peradaban Islam.
Tak jarang peradaban Islam dihubungkan dengan peradaban Arab, meskipun
sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa dibedakan.
Adapun yang membedakan antara kebudayaan
tersebut adalah dengan adanya pembaharuan peradaban pada masa jahiliyah yang
berasal dari kebodohan. Hal ini pada akhirnya berubah ketika Islam datang yang
dibawa oleh nabi Muhammad SAW di Arab. Sehingga pada masanya kemudian Islam
berkembang menjadi suatu peradaban yang menyatu dengan bangsa Arab, bahkan
berkembang pesat ke bagian belahan dunia lainnya, Islam tidak hanya sekedar
agama yang sempurna melainkan sumber peradaban Islam.
Peradaban merupakan kebudayaan yang berhubungan
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimana kebudayaan tersebut tidak
hanya berpengaruh di daerah asalnya, tapi juga mempengaruhi daerah-daerah lain
yang menjadikan kebudayaan tersebut berkembang
Dengan merujuk pada narasi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa Sejarah Peradaban Islam adalah gambaran produk
aktivitas kehidupan umat Islam pada masa silam yang benar-benar terjadi dalam
aspek politik, ekonomi, dan teknologi yang bersumberkan pada norma-norma ajaran
Islam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Peradaban Islam merupakan
identitas umat Islam sejak masa lampu.
Tujuan Mempelajari Sejarah Peradaban dan Kebudayaan Islam
Diantara tujuan mempelajari sejarah kebudayaan
dan peradaban Islam antara lain:
Untuk menyelidiki dan mengetahui kejayaan yang
dicapai oleh umat Islam terdahulu
Untuk mengetahui perkembangan Islam di berbagai
negara, terutama di negara-negara Islam.
Untuk menggali dan meninjau kembali
faktor-faktor penyeban kejayaan Islam dan faktor penyeban kemundurannya
Untuk mengetahui dan memperbandingkan antara
peradaban yang dijiwai oleh Islam dengan peradaban yang lepas dari jiwa Islam,
Untuk mengetahui sumbangan Islam dan umat Islam
terhadap peradaban umat manusia dipermukaan bumi ini.
Sumber dan Dasar Sejarah Peradaban Islam
Sejumlah pihak mengatakan bahwa agama Islam
setingkat dengan kebudayaan Islam. Dalam frame tertentu, para pakar Muslim menorma
hal itu dapat menyesatkan dan mengacaukan citra dan kemurnian Islam. Dengan
menyetingkatkan antara Agama Islam dengan Kebudayaan Islam, maka ini berarti
mereka telah menyetingkatkan antara agama (yang berasal dari Allah) dengan
kebudayaan (yang merupakan hasil cipta orang Islam), yang berarti pula
menyetingkatkan antara wahyu dengan akal. Berpandangan bahwa kebudayaan Islam
merupakan bagian dari din Islam yang berarti menunjukkan
bahwa ia telah memasukkan unsur-unsur yang aqli (hasil cipta orang Islam) ke
dalam din Islam, dan ini berarti pula bahwa mereka telah
mencampur adukkan antara wahyu dengan akal manusia.
Dalam pandangan kelompok fundamentalis, pola
pemikiran dan ide demikian dianggap sangat berbahaya dan menyesatkan, karena
dalam akidah Islam telah dijelaskan bahwa Islam seluruhnya adalah wahyu, tidak
ada bagian-bagian kebudayaan Islam di dalamnya. Agama atau wahyu tidak
setingkat dengan kebudayaan Islam, karena agama atau wahyu berasal dari Allah
sedangkan kebudayaan Islam merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Oleh
karena itu, pemikiran dan ide itu harus ditolak dan tidak dapat
dibenarkan.
Sementara itu, para pemikir Barat juga
memandang Islam sebagai produk kebudayaan, misalnya disampaikan oleh H.A.R.
Gibb yang mengatakan bahwa “Islam is indeed much more than a sistem of
theology it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari satu
sistem teologi, Ia adalah satu peradaban yang lengkap). Pendapat Gibb ini
merupakan kelompok orientalis, apabila ditelan mentah–mentah oleh ilmuan Islam
akan melahirkan pemahaman yang cukup rancu,
Memang diakui bahwa antara agama dan budaya
adalah dua bidang yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan, akan tetapi
keduanya berbeda. Agama bernorma mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu
dan tempat. Sedangkan budaya, sekalipun berdasarkan agama dapat berubah dari
waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang lain. Sebagian besar budaya
didasarkan pada agama, namun tidak pernah terjadi sebaliknya, agama berdasarkan
pada budaya. Oleh karena itu bisa dikatakan agama adalah primer dan budaya
adalah sekunder. Budaya bisa merupakan ekspresi hidup keagamaan, karena itu
kebudayaan sub ordinat terhadap agama, dan tidak pernah
sebaliknya.
Bassam Tibi, menyatakan bahwa Islam
merupakan sistem budaya. Menurutnya Islam sebagai sistem budaya terdiri atas
berbagai simbol yang berkorespondensi dan bergabung untuk membentuk suatu model
realitas. Meski demikian dalam posisi tersebut agama tidak dapat dipenetrasikan
secara eksperimental, tetapi hanya sebatas interpretatif. Dalam agama, konsepsi
manusia mengenai realitas tidak didasarkan pada pengetahuan tetapi pada
keyakinan terhadap suatu otoritas ketuhanan yang terkonsepsikan dalam kitab
suci (Al-Qur’an). Al-Qur’an inilah yang mendasari semua bentuk realitas.
Selanjutnya konsep– konsep realitas yang dihasilkan manusia ini mengalami
perubahan yang paralel. Adaptasi dari konsep–konsep religiokultural dengan
realitas yang berubah kemudian membentuk suatu komponen sentral dalam asimilasi
budaya untuk perubahan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Islam
adalah sumber dari kebudayaan dan peradaban Islam yang ada. Landasan Peradaban
Islam adalah Kebudayaan Islam, terutama wujud idealnya. Jadi, Islam bukanlah
kebudayaan akan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan
hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka Islam adalah realitas pewahyuan dari
Tuhan.
Dengan mengambil tema Peradaban Islam bukan
berarti masalah Kebudayaan Islam menjadi tidak penting dalam studi Islam
(Dirosah Islamiyyah). Masalah Kebudayaan Islam penting sekali, karena ia
merupakan landasannya. Oleh karenanya mengkaji Peradaban Islam sama halnya juga
mengakaji tentang Kebudayaan Islam.
Sejarah Peradaban Islam diartikan sebagai
perkembangan atau kejayaan kebudayaan Islam dalam perspektif sejarahnya, dan
peradaban Islam mempunyai berbagai macam pengertian lain diantaranya, pertama:
Sejarah peradaban Islam merupakan kejayaan dan tingkat kecerdasan akal yang
dihasilkan mulai periode nabi Muhammad SAW sampai perkembangan kekuasaan Islam
sekarang. Kedua: Sejarah peradaban Islam merupakan hasil-hasil
yang dicapai oleh umat Islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan
kesenian. Ketiga: Sejarah peradaban Islam merupakan kejayaan
politik atau kekuasaan Islam yang berperan melindungi pandangan hidup Islam
terutama dalam hubungannya dengan ibadah-ibadah, penggunaan bahasa dan
kebiasaan hidup masyarakat.
Budaya Islam dan Budaya Arab
Pada dasrnya agama dan tradisi adalah dua hal
yang berbeda, masing-masing mempunyai independensi. Memang terkadang wilayah
tradisi dan agama tumpang tindih. Satu sisi, wilayah agama berasal dari
“normatifitas wahyu” dan tradisi berasal dari “buatan manusia”, oleh sebab itu
tradisi cenderung berubah sesuai dengan perkembangan waktu dan perubahan zaman.
Hal ini memungkinkan untuk adanya asimilasi perilaku beragama dalam kehidupan
sehari-hari yang disesuaikan dengan tradisi yang berlaku.
Banyak penulis yang mengidentikkan kebudayaan
dan peradaban Islam dengan kebudayaan dan peradaban Arab. Pendapat itu mungkin
dapat dibenarkan meskipun sebenarnya antara Arab dan Islam tetap bisa
dibedakan. Pada masa klasik pusat pemerintahan hanya satu dan peran Arab di
dalamnya sangat dominan. Semua wilayah kekuasaan Islam menggunakan bahasa
bahasa Arab. Semua ungkapan-ungkapan budaya yang diekspresikan melalui bahasa
Arab. Meskipun ketika itu bangsa-bangsa non Arab juga sudah mulai
berpartisipasi dalam membina suatu kebudayaan & peradaban. Apalagi
orang-orang non muslim juga banyak menyumbangkan karya budayanya.
Islam tidak identik dengan Arab, walaupun
sebenarnya tidak ada yang salah bila menggunakan kebudayaan Arab dalam
mengekspresikan keberagamaan seseorang, dengan syarat tidak melahirkan sebuah
konflik di tengah masyarakat yang dibingkai dalam pemahaman konseptual yang
kokoh.
Tetapi masalahnya adalah manakala penggunaan
asumsi ‘warna arab’ tersebut merupakan bentuk keberagamaan tunggal yang
dianggap paling absah dan muthlak. Sehingga hukumnya wajib diterapakan pada
semua kondisi dan situasi secara paten. Hal yang lebih menggelisakan lagi
adalah munculnya justifikasi-justifikasi seperti sebelum/tidak kaffah
(sempurna), sesat, bid’ah atau musyrik kepada orang-orang yang tidak
menggunakan ekspresi ”warna arab” tersebut.
Islam Normatif dan Islam Historis
Budi Munawar Rahman dalam ”Bukunya Islam
dan peradaban” mengatakan bahwa Islam itu terdapat dua macam norma
yakni Islam berdimensi normatif dan islam berdimensi historis. Kedua
aspek ini terdapat hubungan yang menyatu, tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat
dibedakan. Pertama: Aspek normatif yakni wahyu harus diterima
sebagaimana adanya, mengikat semua pihak dan berlaku universal. Kedua: Aspek
historis yakni, kekhalifahan senantiasa dapat berubah, menerinma diskusi karena
produk zaman tertentu, dan hal itu bukan hal yang sakral.
Dan dapat dipahami Islam Normatif adalah Islam
dalam dimensi sakral yang diakui adanya realitas transendemental yang bersifat
muthlak dan universal, mesilami ruang dan waktu atau sering disebut sebagai
realitas ke-Tuhan-an. Sedangkan pengertian dari Islam Historis yakni, Islam
yang tidak bisa dilepaskan dari kesejarahan dan kehidupan manusia yang berada
dalam ruang dan waktu, Islam yang terangkat oleh konteks kehidupan pemeluknya,
berada di bawah realita ke-Tuhan-an.
Di samping konsepsi normatif dan hostoris
antara budaya arab dan budaya Islam memungkinkan juga menggunakan konsepsi
Ushul dan Furu’. Hal Dogma agama yang bersifat Ushul adalah normatif yang
universal sehingga ini merupakan ruh ajaran Islam. Sementara aspek Furu’ adalah
norma-norma tradisi yang mengandung hal-hal yang bersifat Furu’(cabang) yang
tidak bisa diterima secara mentah, akan tetapi harus diambil norma substansi
yang meliputinya.
Periodisasi Sejarah Peradaban Islam
Di kalangan sejarawan terdapat perbedaan
pendapat tentang saat dimulainya sejarah Islam. Secara umum perbedaan itu dapat
dibedakan menjadi tiga macam. Pertama: Sejarah umat Islam
dimulai sejak Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama kali. Menurut pendapat
ini, selama tiga belas tahun Nabi di Makkah telah lahir masyarakat Muslim,
meskipun belum berdaulat. Kedua: Sejarah umat Islam dimulai
sejak Nabi Muhammad SAW hjrah ke Madinah, karena umat Islam baru berdaulat di
Madinah. Ketiga: Peradaban Islam dimulai sejak Nabi Adam
karena semua Nabi yang diutus oleh Tuhan kepada manusia, semuanya adalah Islam
(Muslim).
Di samping perbedaan pendapat itu, sejarawan
juga berbeda pendapat dalam menentukan fase-fase atau periodisasi sejarah
Islam. Menurut A. Hasjmy membagi periodisasi sejarah Islam adalah sebagai
berikut:
Permulaan Islam (610-661 M)
Daulah Umawiyah (661-750 M)
Daulah Abbasiyyah I (740-857 M)
Daulah Abbasiyyah II (847-946 M)
Daulah Abbasiyyah III (946-1075 M)
Daulah Mughol (1261-1520 M)
Daulah Utsmaniyyah (1520-1801 M)
Kebangkitan (1801–sekarang).
Berbeda dengan A. Hasjmy, Harun Nasution
membagi sejarah Islam menjadi tiga periode Yaitu masa Klasik (650-1250 M),
Pertengahan (1250-1800 M) dan Modern (1800-sekarang)
Periode Klasik (650-1250 M)
Periode klasik antara tahun 650-1250 M ini
diawali dengan persoalan dalam negeri Arab terutama tantangan yang ditimbulkan
oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk terhadap pemerintahan Madinah.
Hal tersebut disebabkan karena orang Arab menganggap bahwa perjanjian yang
telah dibuat dengan Nabi Muhammad telah batal, setelah wafatnya Rasulullah SAW.
Setelah persoalan dalam negeri selesai, maka Abu Bakar mengirim kekuatan keluar
Arabia. Pada masa kepemimpinan Umar Bin Khattab wilayah kekuasaan Islam sudah
meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syiria dan Mesir.
Periode ini dimulai sejak masa perjuangan Nabi
Muhammad SAW (570–632 M), Khulafaur Rasyidin (632-661 M), Bani Umayyah (661-750
M), Bani Abbas (750-1250 M). Hingga masa disintegrasi yaitu tahun 1000-1250.
Periode Pertengahan (1250-1800 M)
Periode pertengahan ini berkisar antara tahun
1250-1800 M. pada masa periode ini merupakan masa kemunduran, diawali jatuhnya
kota Baghdad ke tangan bangsa Spanyol, setelah Khilafah Abbasyiah runtuh akibat
serangan tentara Mongol, kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara
drastis.
Pada tahun 1500-1800 M keadaan politik ummat
Islam secara keseluruhan mengalami kejayaan kembali setelah muncul dan
berkembangnya tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan
Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India. Pada tahun 1700-1800 M,
terjadilah kemunduran dari tiga kerajaan tersebut.
Periode pertengahan dapat dibagi dalam dua
masa, yaitu: Pertama: Masa kemunduran I berlangsung tahun
1250-1500 M. Di zaman ini desentralisasi dan disintegrasi serta perbedaan
antara Sunni dengan Syi’ah dan juga antara Arab dan Persia sangat mencolok.
Dunia Islam terbagi menjadi dua, bagian Arab terdiri dari Arabia, Irak, Suria,
Palestina, Afrika Utara, dan Mesir sebagai pusatnya. Dan bagian Persia,
Kebudayaan Persia mengambil bentuk internasional dan dengan demikian mendesak
lapangan kebudayaan Arab.
Pendapat bahwa pintu ijtihad sudah tertutup
makin meluas di kalangan ummat Islam. Demikian juga tarekat dengan pengaruh
negatifnya. Perhatian terhadap ilmu pengetahuan kurang sekali. Ummat Islam di
Spanyol dipaksa masuk Kristen atau keluar dari daerah itu.
Dan Kedua: Masa Tiga Kerajaan
Besar, berlangsung tahun 1500-1800 M yang dimulai dengan zaman kejayaan tahun
1500-1700 M dan zaman kemunduran II tahun 1700-1800 M. Tiga kerajaan yang
dimaksud adalah Kerajaan Ustmani di Turki, kerajaan Safawi di Persia dan
kerajaan Mughal di India. Pada masa kejayaan tiga kerajaan besar tersebut,
masing-masing kerajaan mempunyai kejayaan, terutama dalam bentuk literatur-literatur
dan arsitek.
Di zaman kemunduran, kerajaan Ustmani terpukul
oleh kekuatan Eropa, kerajaan Safawi dihancurkan oleh serangan-serangan suku
bangsa Afghan, sedangkan daerah kekuasaan kerajaan Mughal diperkecil oleh
pukulan-pukulan raja-raja India. Umat Islam dalam keadaan menurun drastis.
Akhirnya, Napoleon Bonaparte di tahun 1798 M, dapat menduduki Mesir, yang pada
saat itu sebagai salah satu peradaban Islam yang terpenting.
Periode Modern (1800-sekarang)
Periode Modern dalam sejarah Islam bermula dari
tahun 1800 M dan berlangsung sampai sekarang. Di awal periode ini kondisi Dunia
Islam secara politis berada di bawah penetrasi kolonialisme. Baru pada
pertengahan abad ke-20 M Dunia Islam bangkit memerdekakan negerinya dari
penjajahan Barat.
Periode ini memang merupakan kebangkitan
kembali Islam setelah mengalami kemunduran di periode pertengahan. Pada periode
ini mulai bermunculan pemikiran pembaharuan dalam Islam. Gerakan pembaharuan
itu muncul karena dua hal yaitu:
Timbulnya kesadaran di kalangan ulama bahwa
banyak ajaran-ajaran asing yang masuk dan diterima sebagai ajaran Islam.
Barat mendominasi dunia di bidang politik dan
peradaban, karena itu mereka berusaha bangkit dengan mencontoh Barat dalam
masalah-masalah politik dan peradaban untuk menciptakan balance of
power.
Periode modern tahun 1800 M dan seterusnya
merupakan zaman kebangkitan umat Islam. Jatuhnya Mesir ke tangan Barat
menginsyafkan Dunia Islam akan kelemahan dan menyadarkan ummat Islam bahwa di
Barat telah tumbuh peradaban baru yang lebih tinggi dan merupakan ancaman bagi
Islam. Raja-raja dan pemuka Islam mulai memikirkan bagaimana meningkatkan mutu
dan kekuatan umat Islam kembali. Di periode Modern inilah timbulnya ide-ide
pembaharuan dalam Islam. Ulama umumnya memakai periodenisasi yang digunakan
oleh Harun Nasution dalam membagi periodenisasi sejarah umat Islam (Atang,
Hakim dan Mubarok, 2000:139). Harun Nasution memulai periodenisasi tahun 650
atau pada zaman Ustman karena pada pemerintahan Ustman timbul berbagai macam
pertentangan baik teologi maupun pertentangan politik.
Berkaitan dengan periodisasi sejarah di atas
ada beberapa catatan yang perlu dicermati. Masalah keterputusan periode klasik
dengan masa Rasulullah. Harun memulai periode klasik dari tahun 650 M, yang
terkenal dengan masa Khalifah Usman (644–656 M). Pertanyaannya adalah mengapa
tidak mulai sejak zaman Rasulullah (611–634) dan tidak juga pada masa Khalifah
Abu Bakar (632–634) dan Umar ibn Khattab (634–644 M).
Padahal oleh banyak peneliti sejarah khususnya
dari kalangan ummat Islam sendiri dikatakan bahwa Rasulullah sampai masa Abu
Bakar dan Umar merupakan masa keemasan yang hakiki dari sudut komitmen ummatnya
kepada Islam, bukankah komitmen ke-Islaman itulah yang melahirkan produk–produk
kebudayaan Islam. Harun memulai periodisasi itu dari masa Ustman, karena ia
menitik beratkan pada saat dimana pertentangan teologis dan politik mulai
tumbuh dan mewarnai masa berikutnya. Karena itu periodenisasi yang dirumuskan
dimuka cocok bila titik berat diberikan sejarah perkembangan pemikiran Islam.
PENUTUP
Sejarah peradaban Islam merupakan salah satu
bidang kajian studi Islam yang banyak sangat penting. Sejarah Islam adalah
peristiwa-peristiwa atau kejadian-kejadian yang sungguh terjadi pada masa silam
yang seluruhnya berkaitan dengan agama Islam. Agama Islam terlalu luas
cakupannya, maka sejarah Islam pun menjadi luas cakupannya. Di antaranya
berkaitan dengan sejarah proses pertumbuhan, perkembangan, dan penyebaran
Islam, tokoh-tokoh yang melakukan perkembangan dan penyebaran agama Islam,
sejarah kejayaan dan kemunduran yang dicapai umat Islam dalam berbagai bidang,
seperti dalam bidang ilmu pengetahuan agama dan umum, kebudayaan, arsitektur,
politik, pemerintahan, peperangan, pendidikan, ekonomi, dan lain sebagainya.
Sejarah Peradaban Islam adalah gambaran produk aktivitas kehidupan ummat Islam
pada masa silam yang bersumberkan pada norma–norma Islam.
Pada masa Klasik, pusat pemerintahan hanya satu
(yaitu bangsa Arab) dan untuk beberapa abad sangat kuat. Peran bangsa Arab
sangat dominan, sehingga ungkapan budaya yang ada semuanya diekspresikan
melalui Bahasa Arab, pada akhirnya terwujud kesatuan budaya Islam yang semuanya
dalam dokumentasinya berbentuk bahasa arab.
Untuk membedakan wilayah budaya arab dan budaya
Islam dapat ditinjau dengan mengambil sebuah konsep bahwa dalam Islam terdapat
kumpulan dogma normatifitas dan Islam pada faktanya merupakan realitas
Historis. Di samping konsepsi normatif dan hostoris untuk menentukan budaya
arab dan budaya Islam memungkinkan juga menggunakan konsepsi Ushul dan Furu’.
Di kalangan sejarawan terdapat perbedaan
pendapat tentang saat dimulainya sejarah Islam. Yang umum digunakan dalam
periodisasi sejarah peradaban Islam dibagi menjadi tiga masa yakni, klasik,
pertengahan dan modern.
0 Response to "Pengantar Sejarah Peradaban dan Kebudayaan Islam"
Post a Comment